Jumat, 20 September 2013

Bab Qurban (dari Beberapa Kitab)









1.Fat_hul  Wahhab 2/327:

كِتَابُ الْأُضْحِيَّةِ
Kitab menerangkan Udhiyyah

وَهِيَ مَا يُذْبَحُ مِنْ النَّعَمِ تَقَرُّبًا إلَى اللهِ تَعَالَى مِنْ يَوْمِ عِيْدِ النَّحْرِ إلَى آخِرِ أَيَّامِ التَّشْرِيْقِ كَمَا سَيَأْتِيْ وَهِيَ مَأْخُوذَةٌ مِنْ الضَّحْوَةِ سُمِّيَتْ بِأَوَّلِ زَمَانِ فِعْلِهَا وَهُوَ الضُّحَى

Udhiyyah yaitu hewan yang disembelih dari binatang ternak yang digunakan untuk mendekatkan diri kepada Allah mulai dari hari ‘idun nahri (hari raya nahr/ idul adha) sampai akhir hari tasyriq 
Udhiyyah diambil dari kata Dhahwah. Udhiyyah dinamakan dengan awal waktu pelaksanaannya, yaitu waktu Dhuha.



وَالْأَصْلُ فِيْهَا قَبْلَ الْإِجْمَاعِ قَوْلُهُ تَعَالَى { فَصَلِّ لِرَبِّك وَانْحَرْ } أَيْ صَلِّ صَلَاةَ الْعِيْدِ وَانْحَرْ اَلنُّسُكَ وَخَبَرُ مُسْلِمٍ عَنْ أَنَسٍ رَضِيَ اللهُ تَعَالَى عَنْهُ قَالَ  ضَحَّى النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِكَبْشَيْنِ أَمْلَحَيْنِ أَقَرْنَيْنِ ذَبَحَهُمَا بِيَدِهِ وَسَمَّى وَكَبَّرَ وَوَضَعَ رِجْلَهُ عَلَى صِفَاحِهِمَا

Asal didalam Qurban sebelum ijma’ adalah firman Allah Ta’ala:
“Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu dan berkurbanlah”
Maksudnya:
Shalatlah id , dan sembelihlah nusuk (nusuk = hewan sembelihan / qurban)
Dan Hadits Muslim dari Anas radhiyallaahu ta’aalaa ‘anhu, beliau
berkata: “Nabi Shallallaahu 'Alaihi Wasallam berqurban dengan dua ekor domba jantan yang dominasi warna putih dan bertanduk. Beliau menyembelihnya dengan tangannya sendiri, membaca basmalah dan bertakbir serta meletakkan kaki beliau di atas samping leher kedua domba tersebut.”


2. Hasyiyah Asy Syarqaawi  juz II halaman 463:
وَقَوْلُهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
Dan sabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam:

مَا عَمِلَ ابْنُ آدَمَ يَوْمَ النَّحْرِ عَمَلاً اَحَبَّ اِلَى اللهِ مِنْ إِرَاقَةِ الدَّمٍ اِنَّهَا لَتَأْتِيْ يَوْمَ اْلقِيَامَةِ بِقُرُوْنِهَا وَ اَظْلاَفِهَا وَاِنَّ الدَّمَ لَيَقَعُ مِنَ اللهِ قَبْلَ اَنْ يَقَعَ مِنَ اْلاَرْضِ فَطِيْبُوْا بِهَا نَفْسًا 

“Tidak beramal anak Adam pada hari Nahr (Idul Adha) yang paling disukai Allah selain daripada mengalirkan darah (menyembelih qurban). Qurban itu akan datang kepada orang-orang yang melakukannya pada hari qiyamat dengan tanduk dan kukunya. Darah qurban itu lebih dahulu jatuh ke suatu tempat yang disediakan Allah sebelum jatuh ke atas tanah. Oleh sebab itu, berqurbanlah dengan senang hati.”

وَذَكَرَ الرَّافِعِيُّ وَابْنُ الرِّفْعَةِ حَدِيْثَ عَظِّمُوْا ضَحَايَاكُم فَإِنَّهَا عَلَى الصِّرَاطِ مَطَايَاكُمْ وَهُوَ فِيْ مُسْنَدِ الْفِرْدَوْسِ لِأَبِيْ مَنْصُوْرٍ الدَّيْلَمِيِّ لَكِنْ بِلَفْظِ اِسْتَفْرِهُوْا بَدَلَ عَظِّمُوْا


Imam Rafi’i dan Imam Ibnurrif’ah menuturkan hadits:
‘AZHZHIMUU DHAHAAYAKUM FA INNAHAA ‘ALASHSHIRAATHI MATHAAYAAKUKUM
(Besarkanlah hewan-hewan qurban kalian, karena sesungguhnya hewan itu akan menjadi tumpangan kalian di shirath)
Hadits ini dalam Musnad Firdaus li Abi Manshur ad Dailami, akan tetapi dengan lafazh:
ISTAFRIHUU (pilihlah yang bagus)
sebagai pengganti lafazh:
‘AZHZHIMUU (besarkanlah)


3. Fat_hul Mu’in (I’anah 2/330-334)

يُسَنُّ مُتَأَكِّدًا لِحُرٍّ قَادِرٍ تَضْحِيَةٌ بِذَبْحِ جَذَعِ ضَأْنٍ لَهُ سَنَةٌ أَوْ سَقَطَ سِنُّهُ وَلَوْ قَبْلَ تَمَامِهَا أَوْ ثَنِيِّ مَعْزٍ أَوْ بَقَرٍ لَهُمَا سَنَتَانِ أَوْ إِبِلٍ لَهُ خَمْسُ سِنِيْنَ بِنِيَّةِ أُضْحِيَةٍ عِنْدَ ذَبْحٍ أَوْ تَعْيِيْنٍ

Qurban disunnahkan dengan muakkad bagi orang yang merdeka (bukan budak) dan mampu, dengan menyembelih kambing domba berumur satu tahun, atau yang sudah tanggal giginya meskipun belum sempurna umur satu tahun, atau kambing kacang umur dua tahun, atau sapi umur dua tahun, atau onta umur lima tahun, dengan niat berqurban yang dilakukan ketika penyembelihan atau ketika menentukan hewan yang akan dijadikan qurban

وَهِيَ أَفْضَلُ مِنَ الصَّدَقَةِ
Qurban lebih utama dari shadaqah

وَوَقْتُهَا مِنْ اِرْتِفَاعِ شَمْسِ نَحْرٍ إِلَى آخِرِ أَيَّامِ التَّشْرِيْقِ
Waktu qurban mulai meningginya matahari pada hari Nahr (hari raya Idul Adha) sampai dengan akhir hari tasyriq

وَيُجْزِىءُ سُبُعُ بَقَرٍ أَوْ إِبِلٍ عَنْ وَاحِدٍ
Sepertujuh sapi atau onta cukup untuk satu orang

وَلَا يُجْزِىءُ عَجْفَاءُ وَمَقْطُوْعَةُ بَعْضِ ذَنَبٍ أَوْ أُذُنٍ أُبِيْنَ وَإِنْ قَلَّ وَذَاتُ عَرَجٍ وَعَوَرٍ وَمَرَضٍ بَيِّنٍ وَلَا يَضُرُّ شَقُّ أُذُنٍ أَوْ خَرْقُهَا

Berqurban tidak cukup dengan:
Hewan yang kurus sekali
Hewan yang terpotong sebagian ekornya
Hewan yang telinganya dihilangkan
Hewan yang pincang
Hewan yang picak matanya
Hewan yang sakit sekali
Tidak apa-apa hewan yang telinganya terbelah atau robek

وَالْمُعْتَمَدُ عَدَمُ إِجْزَاءِ التَّضْحِيَةِ بِالْحَامِلِ خِلَافًا لِمَا صَحَّحَهُ ابْنُ الرِّفْعَةِ


Menurut pendapat yang mu’tamad, qurban tidak cukup dengan hewan yang bunting, berbeda dengan pendapat yang dishahihkan oleh Ibnurrif’ah

وَلَوْ نَذَرَ التَّضْحِيَةَ بِمُعِيْبَةٍ أَوْ صَغِيْرَةٍ أَوْ قَالَ جَعَلْتُهَا أُضْحِيَةً فَإِنَّهُ يَلْزَمُ ذَبْحُهَا وَلَا يُجْزِىءُ أُضْحِيَةً وَإنْ اُخْتُصَّ ذَبْحُهَا بِوَقْتِ الْأُضْحِيَةِ وَجَرَتْ مَجْرَاهَا فِي الصَّرْفِ

Jika seseorang nadzar berqurban dengan hewan yang cacat, atau hewan yang kecil, atau dia berucap: “Aku jadikan hewan tersebut untuk berqurban” , maka hukumnya wajib menyembelih hewan tersebut, akan tetapi penyembelihan tersebut tidak mencukupi sebagai qurban meskipun dilakukan pada waktu qurban, dan hewan tersebut diperlakukan sebagaimana qurban dalam pentasarufannya

وَيَحْرُمُ الْأَكْلُ مِنْ أُضْحِيَةٍ أَوْ هَدْيٍ وَجَبَا بِنَذْرِهِ
Haram memakan qurban atau hadyu yang menjadi wajib karena dinadzari

وَيَجِبُ التَّصَدُّقُ وَلَوْ عَلَى فَقِيْرٍ وَاحِدٍ بِشَيْءٍ نَيِّئًا وَلَوْ يَسِيْرًا مِنَ الْمُتَطَوَّعِ بِهَا
وَالْأَفْضَلُ اَلتَّصَدُّقُ بِكُلِّهِ إِلَّا لُقَمًا يَتَبَرَّكُ بِأَكْلِهَا وَأَنْ تَكُوْنَ مِنَ الْكَبِدِ وَأَنْ لَا يَأْكُلَ فَوْقَ ثَلَاثٍ وَالْأَوْلَى اَلتَّصَدُّقُ بِجِلْدِهَا وَلَهُ إِطْعَامُ أَغْنِيَاءَ لَا تَمْلِيْكُهُمْ


Qurban wajib disedekahkan walaupun kepada orang faqir satu berupa daging yang mentah meskipun sedikit dengan catatan qurbannya qurban sunnah.
Utamanya disedekahkan semuanya kecuali beberapa suap dengan tujuan bertabarruk dengan memakannya, dan sunnahnya yang dimakan berupa hati.
Utamanya tidak memakan melebihi tiga suapan
Utamanya  menyedekahkan kulitnya
Boleh memberi makan untuk orang-orang kaya, tidak boleh memberikan milik kepada mereka


وَيُسَنُّ أَنْ يَذْبَحَ الرَّجُلُ بِنَفْسِهِ وَأَنْ يَشْهَدَهَا مَنْ وَكَّلَ بِهِ

Seseorang yang berqurban disunnahkan menyembelih sendiri.
Orang yang mewakilkan disunnahkan menyaksikan penyembelihan

وَكُرِهَ لِمُرِيْدِهَا إِزَالَةُ نَحْوِ شَعَرٍ فِيْ عَشْرِ ذِي الْحِجَّةِ وَأَيَّامِ التَّشْرِيْقِ حَتَّى يُضَحِّيَ
Orang yang berkehendak qurban dimakruhkan menghilangkan rambut dan lainnya pada sepuluh awal Dzul Hijjah dan hari-hari tasyriq hingga dia berqurban


4. Nihayatul Muhtaj dan Hasyiyah Syibramullisi 19/9-10-12

بَلْ لَوْ اشْتَرَكَ اثْنَانِ فِي شَاتَيْنِ فِي تَضْحِيَةٍ أَوْ هَدْيٍ لَمْ يُجْزِ

Bahkan jika dua orang bersekutu dengan dua kambing didalam qurban atau hadyu, maka itu tidak mencukupi

( قَوْلُهُ : أَوْ هَدْيٍ لَمْ يُجْزِ ) 
وَمِثْلُهُ مَا لَوْ اشْتَرَكَ أَرْبَعَةَ عَشْرَ فِيْ بَدَنَتَيْنِ لِأَنَّ كُلًّا إنَّمَا حَصَلَ لَهُ سُبُعُ الْبَدَنَتَيْنِ فَلَمْ يَحْصُلْ لَهُ مِنْ كُلٍّ إلَّا نِصْفَ سُبُعٍ ، وَذَلِكَ لَا يَكْفِيْ لِأَنَّهُ لَا يَكْفِيْ إلَّا سُبُعٌ كَامِلٌ مِنْ بَدَنَةٍ وَاحِدَةٍ
Ucapan mushannif (Imam Ramli) ‘atau hadyu, maka tidak mencukupi.
Semisal dengan hal itu tersebut:
Empat belas orang bersekutu dengan dua onta, karena masing-masing orang hanya mendapatkan sepertujuh dari dua onta tersebut, sehingga dia hanya mendapatkan seperempat belas dari masing-masing onta, hal itu tidak mencukupi, karena yang mencukupi ialah sepertujuh penuh dari setiap satu onta 

( وَمَنْ نَذَرَ مُعَيَّنَةً فَقَالَ لِلَّهِ عَلَيَّ ) وَكَذَا عَلَيَّ وَإِنْ لَمْ يَقُلْ لِلَّهِ ( أَنْ أُضَحِّيَ بِهَذِهِ ) أَوْ هِيَ أَوْ هَذِهِ أُضْحِيَّةٌ أَوْ هَدْيٌ أَوْ جَعَلْتهَا أُضْحِيَّةً زَالَ مِلْكُهُ عَنْهَا بِمُجَرَّدِ تَعْيِيْنِهَا وَ ( لَزِمَهُ ذَبْحُهَا فِيْ هَذَا الْوَقْتِ )
Barang siapa bernadzar dengan hewan yang sudah ditentukan, dia berucap: “Untuk Allah, wajib atasku, atau wajib atasku, meskipun dia tidak mengucapkan ‘Untuk Allah’ aku akan berqurban dengan hewan ini, atau dia berucap: Hewan tersebut, atau hewan ini adalah qurban atau hadyu, atau dia berucap: Aku menjadikan hewan ini sebagai qurban, maka hilanglah kepemilikan dia atas hewan tersebut hanya dengan menentukan tersebut diatas, dan dia wajib menyembelihnya saat itu 
وَخَرَجَ بِقَوْلِهِ فَقَالَ مَا لَوْ نَوَى ذَلِكَ فَإِنَّهُ يَكُوْنُ لَاغِيًا كَمَا لَوْ نَوَى النَّذْرَ ، وَأَفْهَمَ كَلَامُهُ عَدَمَ احْتِيَاجِهِ إلَى نِيَّةٍ مَعَ قَوْلِهِ الْمَذْكُوْرِ بَلْ لَا عِبْرَةَ بِنِيَّةِ خِلَافِهِ لِصَرَاحَتِهِ 
Dengan apa yang dikatakan oleh Imam Nawawi ‘DIA BERUCAP’ berbeda jika dia hanya berniat saja dengan nadzar tersebut, maka hal itu tidak dianggap, sebagaimana dia niat nadzar.
Dan apa yang dikatakan oleh Imam Nawawi memberi kefahaman tidak dibutuhkannya niat dengan ucapan tersebut diatas, bahkan tidak diperhitungkan niat yang berbeda karena ucapan tersebut sudah jelas
وَحِيْنَئِذٍ فَمَا يَقَعُ فِيْ أَلْسِنَةِ الْعَوَامِّ كَثِيْرًا مِنْ شِرَائِهِمْ مَا يُرِيْدُوْنَ التَّضْحِيَةَ بِهِ مِنْ أَوَائِلِ السَّنَةِ وَكُلُّ مَنْ سَأَلَهُمْ عَنْهَا يَقُوْلُوْنَ لَهُ : هَذِهِ أُضْحِيَّةٌ مَعَ جَهْلِهِمْ بِمَا يَتَرَتَّبُ عَلَى ذَلِكَ مِنَ الْأَحْكَامِ تَصِيْرُ بِهِ أُضْحِيَّةً وَاجِبَةً يَمْتَنِعُ عَلَيْهِ أَكْلُهُ مِنْهَا ، وَلَا يُقْبَلُ قَوْلُهُ أَرَدْتُ أَنْ أَتَطَوَّعَ بِهَا خِلَافًا لِبَعْضِهِمْ

Jika demikian apa yang terjadi, maka apa yang terjadi dengan ucapan kebanyakan orang awam ketika membeli hewan qurban di awal-awal tahun yang dikehendaki mereka adalah berqurban dengan hewan tersebut. Dan setiap orang yang menanyakan mereka tentang hewan itu, maka mereka menjawabnya ; “ itu adalah hewan untuk qurban “ , mereka tidak tahu konsekwensi  hukum akibat ucapan tersebut, maka dengan ucapan yang demikian jadilah qurban wajib, dia dilarang memakan sebagian dari dagingnya. Tidak bisa diterima ucapannya dia “ Aku berniat qurban sunnah dengannya “, berbeda bagi sebagian ulama.

قَالَ الْقَفَّالُ : وَمَتَى جَوَّزْنَا التَّضْحِيَةَ عَنْ الْمَيِّتِ لَا يَجُوْزُ الْأَكْلُ مِنْهَا لِأَحَدٍ بَلْ يَتَصَدَّقُ بِجَمِيْعِهَا لِأَنَّ الْأُضْحِيَّةَ وَقَعَتْ عَنْهُ فَتَوَقَّفَ جَوَازُ الْأَكْلِ عَلَى إِذْنِهِ وَقَدْ تَعَذَّرَ فَوَجَبَ التَّصَدُّقُ بِهَا عَنْهُ .
Imam Qaffal berkata: Ketika kita memperbolehkan qurban atas nama mayit, maka seorangpun tidak boleh memakannya, dia harus mensedekahkan semuanya,  karena qurban jatuh untuk mayit tersebut, maka bolehnya makan tergantung atas izinnya, dan izin darinya sudah tidak bisa, maka wajib mensedekahkan qurban tersebut atas nama mayit

5. Kitab Al Majmu’ 8/ 406-407, 419-420
فَرْعٌ لَوْ ضَحَّى عَنْ غَيْرِهِ بِغَيْرِ إِذْنِهِ لَمْ يَقَعْ عَنْهُ وَأَمَّا التَّضْحِيَةُ عَنِ الْمَيِّتِ فَقَدْ أَطْلَقَ أَبُو الْحَسَنِ الْعَبَّادِيُّ جَوَازَهَا، لِأَنَّهَا ضَرْبٌ مِنَ الصَّدَقَةِ، وَالصَّدَقَةُ تَصِحُّ عَنِ الْمَيِّتِ وَتَنْفَعُهُ وَتَصِلُ إِلَيْهِ بِالْإِجْمَاعِ وَقَالَ صَاحِبُ «الْعُدَّةِ» وَالْبَغَوِيُّ لَا تَصِحُّ التَّضْحِيَةُ عَنِ الْمَيِّتِ إِلَّا أَنْ يُوْصِيَ بِهَا، وَبِهِ قَطَعَ الرَّافِعِيُّ فِي «الْمُجَرَّدِ» وَاللهُ تَعَالَى أَعْلَمُ
Cabang
Jika seseorang berqurban untuk orang lain tanpa seizin dari orang tersebut maka qurban tidak jatuh untuknya. Adapun berqurban untuk orang yang sudah meninggal, Abul Hasan Al Abbadi memperbolehkannya secara mutlak, karena qurban adalah satu macam dari shadaqah, sementara shadaqah sah atas nama mayit, bermanfaat dan sampai kepadanya dengan kesepakatan ulama.
Pengarang kitab Al Uddah dan Imam Baghawi berkata: Qurban tidak sah atas nama mayit, kecuali sebelum meninggal sudah berwasiat dengan qurban tersebut. Dengan pendapat ini Imam Rafi’i memutuskan didalam kitab Al Mujarrad.
Wallaahu Ta’ala A’lam

وَاتَّفَقَتْ نُصُوْصُ الشَّافِعِيِّ وَالْأَصْحَابِ عَلَى اَنَّهُ لَا يَجُوْزُ بَيْعُ شَيْئٍ مِنَ الْهَـدْيِ وَالْأُضْحِيَةِ نَذْرًا كَانَ أَوْ تَطَوُّعًا سَوَاءٌ فِيْ ذَلِكَ اَللَّحْمُ وَالشَّحْمُ وَالْجِلْدُ وَالْقَرْنُ وَالصُّوْفُ وَغَيْرُهُ وَلَا يَجُوْزُ جَعْلُ الْجِلْدِ وَغَيْرِهِ أُجْرَةً لِلْجَزَّارِ بَلْ يَتَصَدَّقُ بِهِ الْمُضَحِّيْ وَالْمُهْدِيِّ أَوْ يُتَّخَذُ مِنْهُ مَا يُنْتَفَعُ بِعَيْنِهِ كَسِقَاءٍ أَوْ دَلْوٍ أَوْ خُفٍّ وَغَيْرِ ذَلِكَ

Nash-nash Imam Syafi’i dan Ashab sepakat tidak boleh menjual sedikitpun dari hewan hadyu dan qurban, baik nadzar ataupun sunat, baik  daging, lemak, kulit, tanduk, bulu maupun yang lainnya.
Tidak boleh menjadikan kulit maupun yang lainnya sebagai upah untuk orang yang menyembelih / tukang jagal, orang yang berqurban atau yang membayar hadyu harus mensedekahkan kulit tsb  atau dibuat barang yang bisa dimanfaatkan dengan rupa kulit tersebut, seperti wadah air, timba,  khuf  dan sebagainya

ذَكَرْنَا أَنَّ مَذْهَبَنَا أَنَّهُ لَا يَجُوْزُ بَيْعُ جِلْدِ الْأُضْحِيَّةِ وَلَاغَيْرِهِ مِنْ أَجْزَائِهَا لَا بِمَا يَنْتَفِعُ بِهِ فِي الْبَيْتِ وَلَا بِغَيْرِهِ وَبِهِ قَالَ عَطَاءٌ وَالنَّخَعِيُّ وَمَالِكٌ وَأَحْمَدُ وَاِسْحَاقُ هَكَذَا حَكَاهُ عَنْهُمْ اِبْنُ الْمُنْذِرِ 
Kami telah menuturkan bahwa menurut madzhab kami tidak boleh menjual kulit qurban dan anggota badan lainnya, baik dengan apa-apa yang bermanfaat didalam rumah atau tidak. Dengan pendapat ini berkata Atha` , Malik, Ahmad dan Ishaq. Demikian sebagaimana diceritakan Ibnul Mundzir dari mereka.



6. Hasyiyah Bajuri  1/387

أَيْ وَكَذَبْحِ أُضْحِيَةٍ وَعَقِيْقَةٍ وَتَفْرِقَةِ كَفَّارَةٍ وَمَنْذُوْرٍ وَلَا يَجُوْزُ لَهُ أَخْذُ شَيْئٍ اِلَّا إِنْ عَيَّنَ لَهُ الْمُوَكِّلُ قَدْرًا مِنْهَا

Maksudnya seperti menyembelih qurban, aqiqah, membagikan kaffarat atau yang dinadzari. Wakil tidak boleh mengambil sedikitpun keculai pihak muwakkil sudah menentukan sekadar dari padanya untuk pihak wakil.


7. Itsmidu‘Ainain  halaman  77

لَوْ نَوَى الْعَقِيْقَةَ وَالضَّحِيَّةَ لَمْ تَحْصُلْ غَيْرُ وَاحِدٍ عِنْدَ حج وَيَحْصُلُ الْكُلُّ عِنْدَ مر


Apabila seseorang meniati aqiqah dan qurban, maka tidak hasil kecuali satu (niat) menurut Imam Ibnu Hajar dan bisa hasil keseluruhannya menurut Imam Muhammad Ramli. 


8. Bughyatul Mustarsyidiin halaman 547-548

فَائِدَةٌ : عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا : أَنَّهُ يَكْفِيْ فِي الْأُضْحِيَّةِ إِرَاقَةُ الدَّمِ وَلَوْ مِنْ دَجَاجَةٍ وَإِوَزٍّ كَمَا قَالَهُ الْمَيْدَانِيُّ ، وَكَانَ شَيْخُنَا يَأْمُرُ الْفَقِيْرَ بِتَقْلِيْدِهِ اهـ بَاجُوْرِيّ

(Faidah)
Dari Ibn Abbas radhiyallaahu ‘anhumaa, bahwasanya dalam berqurban cukup dengan mengalirkan darah meskipun dari ayam jago atau angsa sebagaimana dikatakan oleh Al-Maidani. Syaichuna menganjurkan orang-orang fakir untuk mengikuti madzhab tersebut. Bajuri


(مَسْأَلَةُ ب) : ظَاهِرُ كَلَامِهِمْ أَنَّ مَنْ قَالَ : هَذِهِ أُضْحِيَّةٌ أَوْ هِيَ أُضْحِيَّةٌ أَوْ هَدْيٌ تَعَيَّنَتْ وَزَالَ مِلْكُهُ عَنْهَا ، وَلَا يُتَصَرَّفُ إِلَّا بِذَبْحِهَا فِي الْوَقْتِ وَتَفْرِقَتِهَا ، وَلَا عِبْرَةَ بِنِيَّتِهِ خَلَافَ ذَلِكَ لِأَنَّهُ صَرِيْحٌ ، قَالَ الْأَذْرَعِيُّ : كَلَامُهُمْ ظَاهِرٌ فِيْ أَنَّهُ إِنْشَاءٌ وَهُوَ بِالْإِقْرَارِ أَشْبَهُ ، وَاسْتَحْسَنَهُ فِي الْقَلَائِدِ قَالَ : وَمِنْهُ يُؤْخَذُ أَنَّهُ إِنْ أَرَادَ أَنِّيْ أُرِيْدُ التَّضْحِيَةَ بِهَا تَطَوُّعًا كَمَا هُوَ عُرْفُ النَّاسِ الْمُطَّرِدُ فِيْمَا يَأْخُذُوْنَهُ لِذَلِكَ حُمِّلَ عَلَى مَا أَرَادَ ، وَقَدْ أَفْتَى الْبُلْقِيْنِيُّ وَالْمَرَاغِيُّ بِأَنَّهَا لَا تَصِيْرُ مَنْذُوْرَةً بِقَوْلِهِ : هَذِهِ أُضْحِيَّتِيْ بِإِضَافَتِهَا إِلَيْهِ ، وَمِثْلُهُ : هَذِهِ عَقِيْقَةُ فُلَانٍ ، وَاسْتَشْكَلَ ذَلِكَ فِي التُّحْفَةِ ثَمَّ رَدَّهُ ، وَالْقَلْبُ إِلَى مَا قَالَهُ الْأَذْرَعِيُّ أَمْيَلُ.

Zahirnya pendapat ulama, bahwasanya orang yang berucap: Hewan ini adalah qurban atau hadyu, maka hilanglah kepemiliknya atas hewan tersebut , hewan tersebut tidak boleh ditasarrufkan kecuali dengan menyembelihnya saat itu dan membagikannya, tidak diperhitungkan niat yang berbeda karena ucapan tersebut adalah sharih.
Imam Adzra’i berkata: Ucapan mereka zahirnya bahwa hal itu adalah insya`, dan itu lebih menyerupai dengan iqrar, Pengarang kitab Al Qalaa`id menganggap bagus hal tersebut.
Imam Adzra’i  berkata: Dari hal tersebut diambil pengertian, bahwasanya jika dia menghendaki: Aku menghendaki qurban sunnah dengan hewan itu, sebagaimana kebiasaan orang-orang yang berlaku didalam perkara yang mereka ambil, maka ucapan diatas diperhitungkan sesuai apa yang dia kehendaki. Imam Bulqini dan Imam Maraghi memfatwakan bahwa tidak menjadi qurban nadzar dengan ucapan: Ini adalah qurbanku, dengan menyandarkan qurban itu kepadanya. Semisal dengan hal tersebut ucapan: Ini adalah aqiqah si fulan.
Imam Ibn Hajar dalam kitab Tuhfah menganggap isykal dengan  apa yang dikatakan Imam Adzra’i tersebut diatas, dan beliau menolakknya.
Hati ini lebih condong dengan apa yang dikatakan oleh Imam Adzra’i



9. Mushonnaf  Ibn Abi Syaibah 8/56

مَنْ قَالَ إِذَا ضُحِّيَ عَنْه أَجْزَأَتُهُ مِنَ الْعَقِيْقَةِ.

Orang yang berpendapat jika sudah berqurban maka qurban tersebut mencukupinya untuk aqiqah dia

حَدَّثَنَا وَكِيْعٌ ، عَنْ سُفْيَانَ ، عَنْ هِشَامٍ ، عَنِ الْحَسَنِ ، وَابْنِ سِيْرِيْنَ ، قَالَا : تُجْزِئُ عَنْهُ مِنَ الْعَقِيْقَةِ الأُضْحِيَّةُ.

Telah menceritakan kepada kami Waki’, dari Sufyan, dari Hisyam, dari Al Hasan dan Ibn Sirin, kedua beliau berkata: Qurban mencukupinya untuk aqiqah dia

حَدَّثَنَا عُثْمَانُ بْنُ مَطَرٍ ، عَنْ سَعِيْدٍ ، عَنْ قَتَادَةَ ، قَالَ : لاَ تُجْزِئُ عَنْهُ حَتَّى يُعَقَّ عَنْهُ.
Telah menceritakan kepada kami Utsman bin Mathar, dari Sa’id, dari Qatadah, beliau berkata: Qurban tidak mencukupinya sehingga dia diaqiqahi


10. Al-Iqna’ 2/591-592

( وَيُسْتَحَبُّ عِنْدَ الذَّبْحِ ) مُطْلَقًا ( خَمْسَةُ ) بَلْ تِسْعَةُ ( أَشْيَاءَ ) اَلْأَوَّلُ ( التَّسْمِيَةُ ) بِأَنْ يَقُوْلَ : بِسْمِ اللهِ وَلَا يَجُوْزُ أَنْ يَقُوْلَ بِسْمِ اللهِ وَاسْمِ مُحَمَّدٍ ( وَ ) الثَّانِيْ ( اَلصَّلَاةُ ) وَالسَّلَامُ ( عَلَى ) سَيِّدِنَا ( رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ) تَبَرُّكًا بِهِمَا .
( وَ ) الثَّالِثُ ( اِسْتِقْبَالُ الْقِبْلَةِ بِالذَّبِيْحَةِ ) أَيْ بِمَذْبَحِهَا فَقَطْ عَلَى الْأَصَحِّ دُوْنَ وَجْهِهَا لِيُمْكِنَهُ الْاِسْتِقْبَالُ أَيْضًا .
( وَ ) الرَّابِعُ ( التَّكْبِيْرُ ثَلَاثًا ) بَعْدَ التَّسْمِيَةِ كَمَا قَالَهُ الْمَاوَرْدِيُّ .
( وَ ) الْخَامِسُ ( الدُّعَاءُ بِالْقَبُوْلِ ) بِأَنْ يَقُوْلَ اللَّهُمَّ هَذَا مِنْكَ وَإِلَيْكَ فَتَقَبَّلْ مِنِّيْ

Disunnahkan ketika menyembelih melakukan lima perkara:
1. Membaca Basmalah
2. Membaca shalawat atas Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam
3. Menghadap qiblat
4. Membaca takbir tiga kali, diucapkan setelah basmalah
5. Berdoa agar diqabul:
ALLAAHUMMA HAADZAA MINKA WA ILAIKA FATAQABBAL MINNII
(ya Allah, ini dari_Mu, kepada_Mu, maka terimalah dariku)


11. Qolyubi 16/131-132

تُسَنُّ التَّسْمِيَةُ ثُمَّ الصَّلَاةُ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثُمَّ التَّكْبِيرُ ، وَيُسَنُّ التَّثْلِيْثُ فِي ْذَلِكَ ثُمَّ يَسْتَقْبِلُ الْقِبْلَةَ بِنَفْسِهِ وَيُوَجِّهُ لَهَا أَيْضًا مَذْبَحَ ذَبِيْحَتِهِ ثُمَّ الدُّعَاءُ بِقَوْلِهِ اللَّهُمَّ هَذَا مِنْكَ وَإِلَيْكَ فَتَقَبَّلْ مِنِّيْ .
Kemudian membaca basmalah, kemudian membaca shalawat atas Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam, kemudian membaca takbir tiga kali kemudian menghadap qiblat, dia dan juga tempat penyembelihannya, kemudian berdoa:
اللَّهُمَّ هَذَا مِنْكَ وَإِلَيْكَ فَتَقَبَّلْ مِنِّيْ

وَقَالَ الرَّافِعِيُّ : فَيَنْبَغِيْ أَنْ يَقَعَ لَهُ وَإِنْ لَمْ يُوْصِ لِأَنَّهَا ضَرْبٌ مِنَ الصَّدَقَةِ وَحُكِيَ عَنْ أَبِي الْعَبَّاسِ السَّرَّاجِ شَيْخِ الْبُخَارِيِّ أَنَّهُ خَتَمَ عَنْ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَكْثَرَ مِنْ عَشَرَةِ آلَافِ خَتْمَةٍ وَضَحَّى عَنْهُ مِثْلَ ذَلِكَ

Imam Rafi’i berkata: Seyogyanya berqurban jatuh untuk mayit walaupun dia tidak berwasiat, karena ibadah qurban adalah salah satu jenis shadaqah. Diceritakan dari Imam Abul Abbas Assarraj guru Imam Bukhari bahwasanya beliau mengkhatamkan Al Quran lebih dari sepuluh ribu khataman atas nama Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam, beliau juga berqurban Rasulullah seperti hitungan tersebut.


12. Sunan Abu Dawud 3/50&52

حَدَّثَنَا عُثْمَانُ بْنُ أَبِى شَيْبَةَ حَدَّثَنَا شَرِيْكٌ عَنْ أَبِى الْحَسْنَاءِ عَنِ الْحَكَمِ عَنْ حَنَشٍ قَالَ رَأَيْتُ عَلِيًّا يُضَحِّيْ بِكَبْشَيْنِ فَقُلْتُ مَا هَذَا فَقَالَ إِنَّ رَسُوْلَ اللهِ -صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- أَوْصَانِىْ أَنْ أُضَحِّيَ عَنْهُ فَأَنَا أُضَحِّيْ عَنْهُ.

Telah menceritakan kepada kami Utsman bin Abu Syaibah, tlah menceritakan kepada kami Syarik, dari Abul Hasna`, dari Al Hakam, dari Hanasy beliau berkata: Aku melihat Ali berqurban dengan dua ekor domba maka aku bertanya kepadanya: Apakah ini? Maka beliau menjawab: Sesungguhnya Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam berpesan kedapadaku agar aku berqurban atas nama beliau, nah aku ini berqurban atas nama beliau

حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيْمُ بْنُ مُوْسَى الرَّازِيُّ حَدَّثَنَا عِيْسَى حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ إِسْحَاقَ عَنْ يَزِيْدَ بْنِ أَبِيْ حَبِيْبٍ عَنْ أَبِيْ عَيَّاشٍ عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللهِ قَالَ ذَبَحَ النَّبِيُّ -صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- يَوْمَ الذَّبْحِ كَبْشَيْنِ أَقْرَنَيْنِ أَمْلَحَيْنِ مُوْجَأَيْنِ فَلَمَّا وَجَّهَهُمَا قَالَ « إِنِّيْ وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِيْ فَطَرَ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضَ عَلَى مِلَّةِ إِبْرَاهِيْمَ حَنِيْفًا وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِيْنَ إِنَّ صَلاَتِيْ وَنُسُكِيْ وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِيْ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ اللَّهُمَّ مِنْكَ وَلَكَ عَنْ مُحَمَّدٍ وَأُمَّتِهِ بِاسْمِ اللهِ وَاللهُ أَكْبَرُ ». ثُمَّ ذَبَحَ.

Telah menceritakan kepada kami Ibrahim bin Musa Ar Razi, telah menceritakan kepada kami Isa, telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Ishaq, dari Yazid bin Abu Habib, dari Abu ‘Ayyasy dari Jabir bin Abdullah, ia berkata; Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam pada hari penyembelihan  menyembelih dua domba yang bertanduk dan berwarna abu-abu yang terkebiri. Kemudian tatkala beliau telah menghadapkan keduanya beliau mengucapkan:

إِنِّيْ وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِيْ فَطَرَ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضَ عَلَى مِلَّةِ إِبْرَاهِيْمَ حَنِيْفًا وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِيْنَ إِنَّ صَلاَتِيْ وَنُسُكِيْ وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِيْ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ اللَّهُمَّ مِنْكَ وَلَكَ عَنْ مُحَمَّدٍ وَأُمَّتِهِ بِاسْمِ اللهِ وَاللهُ أَكْبَرُ
(Sesungguhnya aku telah menghadapkan wajahku kepada Dzat Yang telah menciptakan langit dan bumi di atas agama Ibrahim dengan lurus, dan aku bukan termsuk orang-orang yang berbuat syirik. Sesungguhnya sholatku, dan sembelihanku serta hidup dan matiku adalah untuk Allah Tuhan semesta alam, tidak ada sekutu bagiNya, dengan itu aku diperintahkan, dan aku termasuk orang-orang yang berserah diri. Ya Allah, ini berasal dariMu dan untukMu, dari Muhammad dan ummatnya. Dengan Nama Allah, dan Allah Maha Besar). Kemudian beliau menyembelih

وَاللهُ أَعْلَمُ بِالصَّوَابِ

 

Pekalongan, 14 Dzul Qa’dah 1434 H /  20 September 2013 M
Disajikan oleh:
LBM MWC NU Wiradesa Pekalongan Jawa Tengah




SEPUTAR QURBAN (Fat_hul Mu'in dll)



SEPUTAR QURBAN

Fat_hul Mu’in (I’anah 2/330-334) dan dari Kitab Lain

يُسَنُّ مُتَأَكِّدًا لِحُرٍّ قَادِرٍ تَضْحِيَةٌ بِذَبْحِ جَذَعِ ضَأْنٍ لَهُ سَنَةٌ أَوْ سَقَطَ سِنُّهُ وَلَوْ قَبْلَ تَمَامِهَا أَوْ ثَنِيِّ مَعْزٍ أَوْ بَقَرٍ لَهُمَا سَنَتَانِ أَوْ إِبِلٍ لَهُ خَمْسُ سِنِيْنَ بِنِيَّةِ أُضْحِيَةٍ عِنْدَ ذَبْحٍ أَوْ تَعْيِيْنٍ

( قَوْلُهُ يُسَنُّ إلخ ) شُرُوْعٌ فِيْ بَيَانِ أَحْكَامِ الْأُضْحِيَّةِ
( قوله متأكدا )
فلو فعلها واحد من أهل البيت كفت عنهم وإن سنت لكل منهم فإن
تركوها كلهم كره

Tambahan:

حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ حَدَّثَنَا يَزِيْدُ ح وَحَدَّثَنَا حُمَيْدُ بْنُ مَسْعَدَةَ حَدَّثَنَا بِشْرٌ عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَوْنٍ عَنْ عَامِرٍ أَبِيْ رَمْلَةَ قَالَ أَخْبَرَنَا مِخْنَفُ بْنُ سُلَيْمٍ قَالَ وَنَحْنُ وُقُوْفٌ مَعَ رَسُولِ اللهِ -صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- بِعَرَفَاتٍ قَالَ « يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّ عَلَى كُلِّ أَهْلِ بَيْتٍ فِى كُلِّ عَامٍ أُضْحِيَةً وَعَتِيْرَةً أَتَدْرُوْنَ مَا الْعَتِيْرَةُ هَذِهِ الَّتِيْ يَقُوْلُ النَّاسُ الرَّجَبِيَّةُ ».
Sunan Abu Dawud 3/49

أَخْبَرَنَا الْحَسَنُ بْنُ الْحَسَنِ بْنِ أَيُّوْبَ ، ثَنَا أَبُوْ حَاتِمٍ اَلرَّازِيُّ ، ثَنَا عَبْدُ اللهِ بْنُ يَزِيْدَ اَلْمُقْرِئُ ، ثَنَا عَبْدُ اللهِ بْنُ عَيَّاشٍ ، ثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ الْأَعْرَجُ ، عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ ، رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : « مَنْ كَانَ لَهُ مَالٌ فَلَمْ يُضَحِّ فَلَا يَقْرَبَنَّ مُصَلَّانَا
وَقَالَ مَرَّةً : « مَنْ وَجَدَ سَعَةً فَلَمْ يَذْبَحْ فَلَا يَقْرَبَنَّ مُصَلَّانَا » « هَذَا حَدِيْثٌ صَحِيْحُ الْإِسْنَادِ وَلَمْ يُخَرِّجَاهُ »
تَعْلِيْقُ الذَّهَبِيِّ فِي التَّلْخِيْصِ : صَحِيْحٌ
al Mustadrak juz 17 halaman 424


( وقوله قادر ) أي مستطيع
 والمراد به من يقدر عليها فاضلة عن حاجته وحاجة ممنونه يوم العيد وأيام التشريق
( قَوْلُهُ بِنِيَّةِ أُضْحِيَّةٍ إلخ ) أَيْ يُشْتَرَطُ فِيْهَا اَلنِّيَّةُ عِنْدَ الذَّبْحِ أَوْ قَبْلَهُ عِنْدَ التَّعْيِيْنِ لِمَا يُضَحِّيْ بِهِ
وَمَعْلُوْمٌ أَنَّهَا بِالْقَلْبِ وَتُسَنُّ بِاللِّسَانِ فَيَقُوْلُ نَوَيْتُ الْأُضْحِيَّةَ الْمَسْنُوْنَةَ أَوْ أَدَاءَ سُنَّةِ التَّضْحِيَةِ
فَإِنِ اقْتَصَرَ عَلَى نَحْوِ الْأُضْحِيَّةِ صَارَتْ وَاجِبَةً يَحْرُمُ الْأَكْلُ مِنْهَا
وَحِيْنَئِذٍ فَمَا يَقَعُ فِيْ أَلْسِنَةِ الْعَوَامِّ كَثِيْرًا مِنْ شِرَائِهِمْ مَا يُرِيْدُوْنَ التَّضْحِيَةَ بِهِ مِنْ أَوَائِلِ السَّنَةِ وَكُلُّ مَنْ سَأَلَهُمْ عَنْهَا يَقُوْلُوْنَ لَهُ : هَذِهِ أُضْحِيَّةٌ مَعَ جَهْلِهِمْ بِمَا يَتَرَتَّبُ عَلَى ذَلِكَ مِنَ الْأَحْكَامِ يَصِيْرُ بِهِ أُضْحِيَّةً وَاجِبَةً يَمْتَنِعُ عَلَيْهِ أَكْلُهُ مِنْهَا ،

Tambahan:

(مَسْأَلَةُ ب) : ظَاهِرُ كَلَامِهِمْ أَنَّ مَنْ قَالَ : هَذِهِ أُضْحِيَّةٌ أَوْ هِيَ أُضْحِيَّةٌ أَوْ هَدْيٌ تَعَيَّنَتْ وَزَالَ مِلْكُهُ عَنْهَا ، وَلَا يُتَصَرَّفُ إِلَّا بِذَبْحِهَا فِي الْوَقْتِ وَتَفْرِقَتِهَا ، وَلَا عِبْرَةَ بِنِيَّتِهِ خَلَافَ ذَلِكَ لِأَنَّهُ صَرِيْحٌ ، قَالَ الْأَذْرَعِيُّ : كَلَامُهُمْ ظَاهِرٌ فِيْ أَنَّهُ إِنْشَاءٌ وَهُوَ بِالْإِقْرَارِ أَشْبَهُ ، وَاسْتَحْسَنَهُ فِي الْقَلَائِدِ قَالَ : وَمِنْهُ يُؤْخَذُ أَنَّهُ إِنْ أَرَادَ أَنِّيْ أُرِيْدُ التَّضْحِيَةَ بِهَا تَطَوُّعًا كَمَا هُوَ عُرْفُ النَّاسِ الْمُطَّرِدُ فِيْمَا يَأْخُذُوْنَهُ لِذَلِكَ حُمِّلَ عَلَى مَا أَرَادَ ، وَقَدْ أَفْتَى الْبُلْقِيْنِيُّ وَالْمَرَاغِيُّ بِأَنَّهَا لَا تَصِيْرُ مَنْذُوْرَةً بِقَوْلِهِ : هَذِهِ أُضْحِيَّتِيْ بِإِضَافَتِهَا إِلَيْهِ ، وَمِثْلُهُ : هَذِهِ عَقِيْقَةُ فُلَانٍ ، وَاسْتَشْكَلَ ذَلِكَ فِي التُّحْفَةِ ثَمَّ رَدَّهُ ، وَالْقَلْبُ إِلَى مَا قَالَهُ الْأَذْرَعِيُّ أَمْيَلُ.
Bughyatul Mustarsyidin 547-548

وَيَجُوْزُ أَنْ يُوَكِّلَ مُسْلِمًا مُمَيِّزًا فِي النِّيَّةِ وَالذَّبْحِ أو كافرا في الذبح فقط

وَلَا يُضَحِّيْ أَحَدٌ عَنْ غَيْرِهِ بِلَا إِذْنِهِ فِي الْحَيِّ وَبِلَا إِيْصَائِهِ فِي الْمَيِّتِ


Tambahan:

حَدَّثَنَا عُثْمَانُ بْنُ أَبِى شَيْبَةَ حَدَّثَنَا شَرِيْكٌ عَنْ أَبِى الْحَسْنَاءِ عَنِ الْحَكَمِ عَنْ حَنَشٍ قَالَ رَأَيْتُ عَلِيًّا يُضَحِّيْ بِكَبْشَيْنِ فَقُلْتُ مَا هَذَا فَقَالَ إِنَّ رَسُوْلَ اللهِ -صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- أَوْصَانِىْ أَنْ أُضَحِّيَ عَنْهُ فَأَنَا أُضَحِّيْ عَنْهُ.
Sunan Abu Dawud 3/50

فَرْعٌ لَوْ ضَحَّى عَنْ غَيْرِهِ بِغَيْرِ إِذْنِهِ لَمْ يَقَعْ عَنْهُ وَأَمَّا التَّضْحِيَةُ عَنِ الْمَيِّتِ فَقَدْ أَطْلَقَ أَبُو الْحَسَنِ الْعَبَّادِيُّ جَوَازَهَا، لِأَنَّهَا ضَرْبٌ مِنَ الصَّدَقَةِ، وَالصَّدَقَةُ تَصِحُّ عَنِ الْمَيِّتِ وَتَنْفَعُهُ وَتَصِلُ إِلَيْهِ بِالْإِجْمَاعِ وَقَالَ صَاحِبُ «الْعُدَّةِ» وَالْبَغَوِيُّ لَا تَصِحُّ التَّضْحِيَةُ عَنِ الْمَيِّتِ إِلَّا أَنْ يُوْصِيَ بِهَا، وَبِهِ قَطَعَ الرَّافِعِيُّ فِي «الْمُجَرَّدِ» وَاللهُ تَعَالَى أَعْلَمُ
Kitab Al Majmu’ 8/ 406 …dst

(وَقَالَ الرَّافِعِيُّ : فَيَنْبَغِي أَنْ يَقَعَ لَهُ وَإِنْ لَمْ يُوصِ لِأَنَّهَا ضَرْبٌ مِنْ الصَّدَقَةِ وَحُكِيَ عَنْ أَبِي الْعَبَّاسِ السَّرَّاجِ شَيْخِ الْبُخَارِيِّ أَنَّهُ خَتَمَ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَكْثَرَ مِنْ عَشَرَةِ آلَافِ خَتْمَةٍ وَضَحَّى عَنْهُ مِثْلَ ذَلِكَ

kitab Qolyubi 16/132

وَالْأَصْلُ فِيْهَا قَوْلُهُ تَعَالَى { فَصَلِّ لِرَبِّك وَانْحَرْ } وَقَوْلُهُ تَعَالَى { وَالْبُدْنَ جَعَلْنَاهَا لَكُمْ مِنْ شَعَائِرِ اللهِ } أَيْ مِنْ أَعْلَامِ دِيْنِهِ


وَقَوْلُهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
مَا عَمِلَ ابْنُ آدَمَ يَوْمَ النَّحْرِ مِنْ عَمَلٍ اَحَبَّ اِلَى اللهِ مِنْ إِرَاقَةِ الدَّمٍ وَاِنَّهَا لَتَأْتِيْ يَوْمَ اْلقِيَامَةِ بِقُرُوْنِهَا وَ اَظْلاَفِهَا وَاِنَّ الدَّمَ لَيَقَعُ مِنَ اللهِ بِمَكَانٍ قَبْلَ اَنْ يَقَعَ عَلَى اْلاَرْضِ فَطِيْبُوْا بِهَا نَفْسًا 
وَفِيْ حَدِيْثٍ عَظِّمُوْا ضَحَايَاكُم فَإِنَّهَا عَلَى الصِّرَاطِ مَطَايَاكُمْ
وَعَنْ أَنَسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ  ضَحَّى النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِكَبْشَيْنِ أَمْلَحَيْنِ أَقَرْنَيْنِ ذَبَحَهُمَا بِيَدِهِ الْكَرِيْمَةِ وَسَمَّى وَكَبَّرَ وَوَضَعَ رِجْلَهُ عَلَى صِفَاحِهِمَا
وَهِيَ أَفْضَلُ مِنَ الصَّدَقَةِ
وَوَقْتُهَا مِنْ اِرْتِفَاعِ شَمْسِ نَحْرٍ إِلَى آخِرِ أَيَّامِ التَّشْرِيْقِ

( وقوله من ارتفاع شمس نحر ) أي أن ابتداء وقت الذبح يكون من ارتفاع شمس يوم النحر وهذا هو الأفضل وإلا فيصح الذبح من طلوع الشمس ومضى قدر ركعتين وخطبتين خفيفات


وَيُجْزِىءُ سُبُعُ بَقَرٍ أَوْ إِبِلٍ عَنْ وَاحِدٍ
وَلَا يُجْزِىءُ عَجْفَاءُ وَمَقْطُوْعَةُ بَعْضِ ذَنَبٍ أَوْ أُذُنٍ أُبِيْنَ وَإِنْ قَلَّ وَذَاتُ عَرَجٍ وَعَوَرٍ وَمَرَضٍ بَيِّنٍ وَلَا يَضُرُّ شَقُّ أُذُنٍ أَوْ خَرْقُهَا
وَالْمُعْتَمَدُ عَدَمُ إِجْزَاءِ التَّضْحِيَةِ بِالْحَامِلِ خِلَافًا لِمَا صَحَّحَهُ ابْنُ الرِّفْعَةِ
وَلَوْ نَذَرَ التَّضْحِيَةَ بِمُعِيْبَةٍ أَوْ صَغِيْرَةٍ أَوْ قَالَ جَعَلْتُهَا أُضْحِيَةً فَإِنَّهُ يَلْزَمُ ذَبْحُهَا وَلَا يُجْزِىءُ أُضْحِيَةً وَإنْ اُخْتُصَّ ذَبْحُهَا بِوَقْتِ الْأُضْحِيَةِ وَجَرَتْ مَجْرَاهَا فِي الصَّرْفِ
وَيَحْرُمُ الْأَكْلُ مِنْ أُضْحِيَةٍ أَوْ هَدْيٍ وَجَبَا بِنَذْرِهِ
وَيَجِبُ التَّصَدُّقُ وَلَوْ عَلَى فَقِيْرٍ وَاحِدٍ بِشَيْءٍ نَيِّئًا وَلَوْ يَسِيْرًا مِنَ الْمُتَطَوَّعِ بِهَا
وَالْأَفْضَلُ اَلتَّصَدُّقُ بِكُلِّهِ إِلَّا لُقَمًا يَتَبَرَّكُ بِأَكْلِهَا وَأَنْ تَكُوْنَ مِنَ الْكَبِدِ وَأَنْ لَا يَأْكُلَ فَوْقَ ثَلَاثٍ وَالْأَوْلَى اَلتَّصَدُّقُ بِجِلْدِهَا وَلَهُ إِطْعَامُ أَغْنِيَاءَ لَا تَمْلِيْكُهُمْ


( قوله ويحرم الأكل إلخ ) أي يحرم أكل المضحى والمهدي من ذلك فيجب عليه التصدق بجميعها حتى قرنها وظلفها فلو أكل شيئا من ذلك غرم بدله للفقراء
( قوله ويجب التصدق إلخ ) أي فيحرم عليه أكل جميعها لقوله تعالى في هدى التطوع وأضحية التطوع مثله
{ فكلوا منها وأطعموا القانع } أي السائل والمعتر أي المتعرض للسؤال
( قوله ولو على فقير واحد ) أي فلا يشترط التصدق بها على جمع من الفقراء بل يكفي واحد منهم فقط وذلك لأنه يجوز الاقتصار على جزء يسير منها وهو لا يمكن صرفه لأكثر من واحد
( وقوله نيئا ) أي ليتصرف فيه المسكين بما شاء من بيع وغيره
 فلا يكفي جعله طعاما ودعاء الفقير إليه لأن حقه في تملكه لا في أكله
( قوله من التطوع بها ) احترز به عن الواجبة فيجب التصدق بها كلها ويحرم أكل شيء منها كما تقدم آنفآ
( قوله والأفضل التصدق بكله ) أي بكل المتطوع بها وذلك لأنه أقرب للتقوى وأبعد عن حظ النفس
وسن أن يجمع بين الأكل والتصدق والاهداء ولا يجوز أن يبيع من الأضحية شيئا سواء كانت مندوبة أو واجبة

( قوله والتصدق بجلدها ) أي والأفضل التصدق بجلدها وله أن ينتفع به بنفسه كأن يجعله دلوا أو نعلا وله أن يعيره لغيره
 ويحرم عليه وعلى وارثه بيعه كسائر أجزائها وإجارته وإعطاؤه أجرة جزار في مقابلة الذبح لخبر مَنْ بَاعَ جِلْدَ أُضْحِيَّتِهِ فَلَا أُضْحِيَّةَ له ولزوال ملكه عنها بذبحها فلا تورث والقرن مثل الجلد فيما ذكر
( قوله وله إطعام أغنياء )
أي إعطاء شيء من الأضحية لهم سواء كان نيئا أو مطبوخا كما في التحفة والنهاية ويشترط فيهم أن يكونوا من المسلمين
 أما غيرهم فلا يجوز إعطاؤهم منها شيئا
( قوله لا تمليكهم ) أي لا يجوز تمليك الأغنياء منها شيئا
 ومحله إن كان ملكهم ذلك ليتصرفوا فيه بالبيع ونحوه كأن قال لهم ملكتكم هذا لتتصرفوا في بما شئتم أما إذا ملكهم إياه لا لذلك بل للأكل وحده فيجوز ويكون هديه لهم وهم يتصرفون فيه بنحو أكل وتصدق وضيافة لغني أو فقير لا ببيع وهبة وهذا بخلاف الفقراء فيجوز تمليكهم اللحم ليتصرفوا فيه بما شاؤا ببيع أو غيره
وفي ع ش ما نصه لم يبينوا المراد بالغني هنا وجوز م ر أنه من تحرم عليه الزكاة والفقير هنا من تحل له الزكاة

وَيُسَنُّ أَنْ يَذْبَحَ الرَّجُلُ بِنَفْسِهِ وَأَنْ يَشْهَدَهَا مَنْ وَكَّلَ بِهِ
وَكُرِهَ لِمُرِيْدِهَا إِزَالَةُ نَحْوِ شَعَرٍ فِيْ عَشْرِ ذِي الْحِجَّةِ وَأَيَّامِ التَّشْرِيْقِ حَتَّى يُضَحِّيَ

Tambahan
تُسَنُّ التَّسْمِيَةُ ثُمَّ الصَّلَاةُ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثُمَّ التَّكْبِيْرُ ، وَيُسَنُّ التَّثْلِيْثُ فِيْ ذَلِكَ ثُمَّ يَسْتَقْبِلُ الْقِبْلَةَ بِنَفْسِهِ وَيُوَجِّهُ لَهَا أَيْضًا مَذْبَحَ ذَبِيْحَتِهِ ثُمَّ الدُّعَاءُ بِقَوْلِهِ اللَّهُمَّ هَذَا مِنْكَ وَإِلَيْكَ فَتَقَبَّلْ مِنِّيْ .
Qalyubi 16/131

حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيْمُ بْنُ مُوْسَى الرَّازِيُّ حَدَّثَنَا عِيْسَى حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ إِسْحَاقَ عَنْ يَزِيْدَ بْنِ أَبِيْ حَبِيْبٍ عَنْ أَبِيْ عَيَّاشٍ عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللهِ قَالَ ذَبَحَ النَّبِيُّ -صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- يَوْمَ الذَّبْحِ كَبْشَيْنِ أَقْرَنَيْنِ أَمْلَحَيْنِ مُوْجَأَيْنِ فَلَمَّا وَجَّهَهُمَا قَالَ « إِنِّيْ وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِيْ فَطَرَ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضَ عَلَى مِلَّةِ إِبْرَاهِيْمَ حَنِيْفًا وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِيْنَ إِنَّ صَلاَتِيْ وَنُسُكِيْ وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِيْ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ اللَّهُمَّ مِنْكَ وَلَكَ عَنْ مُحَمَّدٍ وَأُمَّتِهِ بِاسْمِ اللهِ وَاللهُ أَكْبَرُ ». ثُمَّ ذَبَحَ.
Sunan Abu Dawud 3/52



وَاللهُ أَعْلَمُ بِالصَّوَابِ




Pekalongan, 14 Dzul Qa’dah 1434 H /  20 September 2013 M

Disajikan oleh:
LBM MWC NU Wiradesa Pekalongan Jawa Tengah