1.Fat_hul Wahhab 2/327:
كِتَابُ الْأُضْحِيَّةِ
Kitab menerangkan Udhiyyah
كِتَابُ الْأُضْحِيَّةِ
Kitab menerangkan Udhiyyah
وَهِيَ مَا يُذْبَحُ مِنْ النَّعَمِ تَقَرُّبًا إلَى اللهِ تَعَالَى مِنْ يَوْمِ عِيْدِ النَّحْرِ إلَى آخِرِ أَيَّامِ التَّشْرِيْقِ كَمَا سَيَأْتِيْ وَهِيَ مَأْخُوذَةٌ مِنْ الضَّحْوَةِ سُمِّيَتْ بِأَوَّلِ زَمَانِ فِعْلِهَا وَهُوَ الضُّحَى
Udhiyyah yaitu hewan yang disembelih dari binatang ternak yang digunakan untuk mendekatkan diri kepada Allah mulai dari hari ‘idun nahri (hari raya nahr/ idul adha) sampai akhir hari tasyriq
Udhiyyah diambil dari kata Dhahwah. Udhiyyah dinamakan dengan awal waktu pelaksanaannya, yaitu waktu Dhuha.
وَالْأَصْلُ فِيْهَا قَبْلَ الْإِجْمَاعِ قَوْلُهُ تَعَالَى {
فَصَلِّ لِرَبِّك وَانْحَرْ } أَيْ صَلِّ صَلَاةَ الْعِيْدِ وَانْحَرْ اَلنُّسُكَ
وَخَبَرُ مُسْلِمٍ عَنْ أَنَسٍ رَضِيَ اللهُ تَعَالَى عَنْهُ قَالَ ضَحَّى النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ بِكَبْشَيْنِ أَمْلَحَيْنِ أَقَرْنَيْنِ ذَبَحَهُمَا بِيَدِهِ وَسَمَّى
وَكَبَّرَ وَوَضَعَ رِجْلَهُ عَلَى صِفَاحِهِمَا
Asal didalam Qurban sebelum ijma’ adalah firman Allah Ta’ala:
“Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu dan berkurbanlah”
Maksudnya:
Shalatlah id , dan sembelihlah nusuk (nusuk = hewan sembelihan / qurban)
Dan Hadits Muslim
dari Anas radhiyallaahu ta’aalaa ‘anhu, beliau
berkata: “Nabi Shallallaahu 'Alaihi Wasallam berqurban dengan dua ekor domba jantan yang dominasi warna putih dan bertanduk. Beliau menyembelihnya dengan tangannya sendiri, membaca basmalah dan bertakbir serta meletakkan kaki beliau di atas samping leher kedua domba tersebut.”
berkata: “Nabi Shallallaahu 'Alaihi Wasallam berqurban dengan dua ekor domba jantan yang dominasi warna putih dan bertanduk. Beliau menyembelihnya dengan tangannya sendiri, membaca basmalah dan bertakbir serta meletakkan kaki beliau di atas samping leher kedua domba tersebut.”
2. Hasyiyah Asy Syarqaawi juz II halaman 463:
وَقَوْلُهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
Dan sabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam:
Dan sabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam:
مَا عَمِلَ ابْنُ آدَمَ يَوْمَ النَّحْرِ عَمَلاً اَحَبَّ اِلَى اللهِ مِنْ إِرَاقَةِ الدَّمٍ اِنَّهَا لَتَأْتِيْ يَوْمَ اْلقِيَامَةِ بِقُرُوْنِهَا وَ اَظْلاَفِهَا وَاِنَّ الدَّمَ لَيَقَعُ مِنَ اللهِ قَبْلَ اَنْ يَقَعَ مِنَ اْلاَرْضِ فَطِيْبُوْا بِهَا نَفْسًا
“Tidak beramal anak Adam pada hari Nahr (Idul Adha) yang paling disukai Allah selain daripada mengalirkan darah (menyembelih qurban). Qurban itu akan datang kepada orang-orang yang melakukannya pada hari qiyamat dengan tanduk dan kukunya. Darah qurban itu lebih dahulu jatuh ke suatu tempat yang disediakan Allah sebelum jatuh ke atas tanah. Oleh sebab itu, berqurbanlah dengan senang hati.”
وَذَكَرَ الرَّافِعِيُّ وَابْنُ الرِّفْعَةِ حَدِيْثَ عَظِّمُوْا ضَحَايَاكُم فَإِنَّهَا عَلَى الصِّرَاطِ مَطَايَاكُمْ وَهُوَ فِيْ مُسْنَدِ الْفِرْدَوْسِ لِأَبِيْ مَنْصُوْرٍ الدَّيْلَمِيِّ لَكِنْ بِلَفْظِ اِسْتَفْرِهُوْا بَدَلَ عَظِّمُوْا
Imam Rafi’i dan Imam Ibnurrif’ah menuturkan hadits:
‘AZHZHIMUU DHAHAAYAKUM FA INNAHAA ‘ALASHSHIRAATHI MATHAAYAAKUKUM
(Besarkanlah hewan-hewan qurban kalian, karena sesungguhnya hewan itu akan menjadi tumpangan kalian di shirath)
Hadits ini dalam Musnad Firdaus li Abi Manshur ad Dailami, akan tetapi dengan lafazh:
ISTAFRIHUU (pilihlah yang bagus)
sebagai pengganti lafazh:
‘AZHZHIMUU (besarkanlah)
3. Fat_hul Mu’in (I’anah 2/330-334)
يُسَنُّ مُتَأَكِّدًا لِحُرٍّ
قَادِرٍ تَضْحِيَةٌ بِذَبْحِ جَذَعِ ضَأْنٍ لَهُ سَنَةٌ أَوْ سَقَطَ سِنُّهُ وَلَوْ
قَبْلَ تَمَامِهَا أَوْ ثَنِيِّ مَعْزٍ أَوْ بَقَرٍ لَهُمَا سَنَتَانِ أَوْ إِبِلٍ
لَهُ خَمْسُ سِنِيْنَ بِنِيَّةِ أُضْحِيَةٍ عِنْدَ ذَبْحٍ أَوْ تَعْيِيْنٍ
Qurban disunnahkan dengan muakkad bagi orang yang merdeka (bukan
budak) dan mampu, dengan menyembelih kambing domba berumur satu tahun, atau
yang sudah tanggal giginya meskipun belum sempurna umur satu tahun, atau
kambing kacang umur dua tahun, atau sapi umur dua tahun, atau onta umur lima
tahun, dengan niat berqurban yang dilakukan ketika penyembelihan atau ketika
menentukan hewan yang akan dijadikan qurban
وَهِيَ
أَفْضَلُ مِنَ الصَّدَقَةِ
Qurban lebih utama dari shadaqah
وَوَقْتُهَا
مِنْ اِرْتِفَاعِ شَمْسِ نَحْرٍ إِلَى آخِرِ أَيَّامِ التَّشْرِيْقِ
Waktu qurban mulai meningginya matahari pada hari Nahr (hari raya
Idul Adha) sampai dengan akhir hari tasyriq
وَيُجْزِىءُ
سُبُعُ بَقَرٍ أَوْ إِبِلٍ عَنْ وَاحِدٍ
Sepertujuh sapi atau onta cukup untuk satu orang
وَلَا يُجْزِىءُ عَجْفَاءُ
وَمَقْطُوْعَةُ بَعْضِ ذَنَبٍ أَوْ أُذُنٍ أُبِيْنَ وَإِنْ قَلَّ وَذَاتُ عَرَجٍ وَعَوَرٍ
وَمَرَضٍ بَيِّنٍ وَلَا يَضُرُّ شَقُّ أُذُنٍ أَوْ خَرْقُهَا
Berqurban tidak cukup dengan:
Hewan yang kurus sekali
Hewan yang kurus sekali
Hewan yang terpotong sebagian ekornya
Hewan yang telinganya dihilangkan
Hewan yang pincang
Hewan yang picak
matanya
Hewan yang sakit sekali
Tidak apa-apa hewan yang telinganya terbelah atau robek
وَالْمُعْتَمَدُ عَدَمُ إِجْزَاءِ
التَّضْحِيَةِ بِالْحَامِلِ خِلَافًا لِمَا صَحَّحَهُ ابْنُ الرِّفْعَةِ
Menurut pendapat yang mu’tamad, qurban tidak cukup dengan hewan
yang bunting, berbeda dengan pendapat yang dishahihkan oleh Ibnurrif’ah
وَلَوْ نَذَرَ التَّضْحِيَةَ
بِمُعِيْبَةٍ أَوْ صَغِيْرَةٍ أَوْ قَالَ جَعَلْتُهَا أُضْحِيَةً فَإِنَّهُ يَلْزَمُ
ذَبْحُهَا وَلَا يُجْزِىءُ أُضْحِيَةً وَإنْ اُخْتُصَّ ذَبْحُهَا بِوَقْتِ الْأُضْحِيَةِ
وَجَرَتْ مَجْرَاهَا فِي الصَّرْفِ
Jika seseorang nadzar berqurban dengan hewan yang cacat, atau
hewan yang kecil, atau dia berucap: “Aku jadikan hewan tersebut untuk
berqurban” , maka hukumnya wajib menyembelih hewan tersebut, akan tetapi
penyembelihan tersebut tidak mencukupi sebagai qurban meskipun dilakukan pada
waktu qurban, dan hewan tersebut diperlakukan sebagaimana qurban dalam
pentasarufannya
وَيَحْرُمُ
الْأَكْلُ مِنْ أُضْحِيَةٍ أَوْ هَدْيٍ وَجَبَا بِنَذْرِهِ
Haram memakan qurban atau hadyu yang menjadi wajib karena
dinadzari
وَيَجِبُ التَّصَدُّقُ وَلَوْ عَلَى فَقِيْرٍ وَاحِدٍ بِشَيْءٍ نَيِّئًا
وَلَوْ يَسِيْرًا مِنَ الْمُتَطَوَّعِ بِهَا
وَالْأَفْضَلُ اَلتَّصَدُّقُ
بِكُلِّهِ إِلَّا لُقَمًا يَتَبَرَّكُ بِأَكْلِهَا وَأَنْ تَكُوْنَ مِنَ الْكَبِدِ
وَأَنْ لَا يَأْكُلَ فَوْقَ ثَلَاثٍ وَالْأَوْلَى اَلتَّصَدُّقُ بِجِلْدِهَا وَلَهُ
إِطْعَامُ أَغْنِيَاءَ لَا تَمْلِيْكُهُمْ
Qurban wajib disedekahkan walaupun kepada orang faqir satu berupa
daging yang mentah meskipun sedikit dengan catatan qurbannya qurban sunnah.
Utamanya disedekahkan semuanya kecuali beberapa suap dengan tujuan bertabarruk dengan memakannya, dan sunnahnya yang dimakan berupa hati.
Utamanya disedekahkan semuanya kecuali beberapa suap dengan tujuan bertabarruk dengan memakannya, dan sunnahnya yang dimakan berupa hati.
Utamanya tidak memakan melebihi tiga suapan
Utamanya menyedekahkan
kulitnya
Boleh memberi makan untuk orang-orang kaya, tidak boleh memberikan
milik kepada mereka
وَيُسَنُّ أَنْ يَذْبَحَ
الرَّجُلُ بِنَفْسِهِ وَأَنْ يَشْهَدَهَا مَنْ وَكَّلَ بِهِ
Seseorang yang berqurban disunnahkan menyembelih sendiri.
Orang yang mewakilkan disunnahkan menyaksikan penyembelihan
Orang yang mewakilkan disunnahkan menyaksikan penyembelihan
وَكُرِهَ لِمُرِيْدِهَا إِزَالَةُ نَحْوِ شَعَرٍ فِيْ عَشْرِ ذِي الْحِجَّةِ
وَأَيَّامِ التَّشْرِيْقِ حَتَّى يُضَحِّيَ
Orang yang berkehendak qurban
dimakruhkan menghilangkan rambut dan lainnya pada sepuluh awal Dzul Hijjah dan
hari-hari tasyriq hingga dia berqurban
4. Nihayatul Muhtaj dan Hasyiyah Syibramullisi 19/9-10-12
بَلْ لَوْ اشْتَرَكَ اثْنَانِ فِي شَاتَيْنِ فِي تَضْحِيَةٍ أَوْ هَدْيٍ لَمْ يُجْزِ
Bahkan jika dua orang bersekutu
dengan dua kambing didalam qurban atau hadyu, maka itu tidak mencukupi
( قَوْلُهُ : أَوْ هَدْيٍ لَمْ يُجْزِ )
وَمِثْلُهُ مَا لَوْ اشْتَرَكَ أَرْبَعَةَ عَشْرَ فِيْ بَدَنَتَيْنِ لِأَنَّ كُلًّا إنَّمَا حَصَلَ لَهُ سُبُعُ الْبَدَنَتَيْنِ فَلَمْ يَحْصُلْ لَهُ مِنْ كُلٍّ إلَّا نِصْفَ سُبُعٍ ، وَذَلِكَ لَا يَكْفِيْ لِأَنَّهُ لَا يَكْفِيْ إلَّا سُبُعٌ كَامِلٌ مِنْ بَدَنَةٍ وَاحِدَةٍ
وَمِثْلُهُ مَا لَوْ اشْتَرَكَ أَرْبَعَةَ عَشْرَ فِيْ بَدَنَتَيْنِ لِأَنَّ كُلًّا إنَّمَا حَصَلَ لَهُ سُبُعُ الْبَدَنَتَيْنِ فَلَمْ يَحْصُلْ لَهُ مِنْ كُلٍّ إلَّا نِصْفَ سُبُعٍ ، وَذَلِكَ لَا يَكْفِيْ لِأَنَّهُ لَا يَكْفِيْ إلَّا سُبُعٌ كَامِلٌ مِنْ بَدَنَةٍ وَاحِدَةٍ
Ucapan mushannif (Imam Ramli) ‘atau
hadyu, maka tidak mencukupi.
Semisal dengan hal itu tersebut:
Empat belas orang bersekutu dengan dua onta, karena masing-masing orang hanya mendapatkan sepertujuh dari dua onta tersebut, sehingga dia hanya mendapatkan seperempat belas dari masing-masing onta, hal itu tidak mencukupi, karena yang mencukupi ialah sepertujuh penuh dari setiap satu onta
Semisal dengan hal itu tersebut:
Empat belas orang bersekutu dengan dua onta, karena masing-masing orang hanya mendapatkan sepertujuh dari dua onta tersebut, sehingga dia hanya mendapatkan seperempat belas dari masing-masing onta, hal itu tidak mencukupi, karena yang mencukupi ialah sepertujuh penuh dari setiap satu onta
( وَمَنْ نَذَرَ مُعَيَّنَةً فَقَالَ لِلَّهِ عَلَيَّ ) وَكَذَا
عَلَيَّ وَإِنْ لَمْ يَقُلْ لِلَّهِ ( أَنْ أُضَحِّيَ بِهَذِهِ ) أَوْ هِيَ أَوْ
هَذِهِ أُضْحِيَّةٌ أَوْ هَدْيٌ أَوْ جَعَلْتهَا أُضْحِيَّةً زَالَ مِلْكُهُ
عَنْهَا بِمُجَرَّدِ تَعْيِيْنِهَا وَ ( لَزِمَهُ ذَبْحُهَا فِيْ هَذَا الْوَقْتِ
)
Barang siapa bernadzar dengan hewan
yang sudah ditentukan, dia berucap: “Untuk Allah, wajib atasku, atau wajib
atasku, meskipun dia tidak mengucapkan ‘Untuk Allah’ aku akan berqurban dengan
hewan ini, atau dia berucap: Hewan tersebut, atau hewan ini adalah qurban atau
hadyu, atau dia berucap: Aku menjadikan hewan ini sebagai qurban, maka
hilanglah kepemilikan dia atas hewan tersebut hanya dengan menentukan tersebut
diatas, dan dia wajib menyembelihnya saat itu
وَخَرَجَ
بِقَوْلِهِ فَقَالَ مَا لَوْ نَوَى ذَلِكَ فَإِنَّهُ يَكُوْنُ لَاغِيًا كَمَا لَوْ
نَوَى النَّذْرَ ، وَأَفْهَمَ كَلَامُهُ عَدَمَ احْتِيَاجِهِ إلَى نِيَّةٍ مَعَ
قَوْلِهِ الْمَذْكُوْرِ بَلْ لَا عِبْرَةَ بِنِيَّةِ خِلَافِهِ لِصَرَاحَتِهِ
Dengan apa yang dikatakan oleh Imam
Nawawi ‘DIA BERUCAP’ berbeda jika dia hanya berniat saja dengan nadzar
tersebut, maka hal itu tidak dianggap, sebagaimana dia niat nadzar.
Dan apa yang dikatakan oleh Imam Nawawi memberi kefahaman tidak dibutuhkannya niat dengan ucapan tersebut diatas, bahkan tidak diperhitungkan niat yang berbeda karena ucapan tersebut sudah jelas
Dan apa yang dikatakan oleh Imam Nawawi memberi kefahaman tidak dibutuhkannya niat dengan ucapan tersebut diatas, bahkan tidak diperhitungkan niat yang berbeda karena ucapan tersebut sudah jelas
وَحِيْنَئِذٍ
فَمَا يَقَعُ فِيْ أَلْسِنَةِ الْعَوَامِّ كَثِيْرًا مِنْ شِرَائِهِمْ مَا يُرِيْدُوْنَ
التَّضْحِيَةَ بِهِ مِنْ أَوَائِلِ السَّنَةِ وَكُلُّ مَنْ سَأَلَهُمْ عَنْهَا
يَقُوْلُوْنَ لَهُ : هَذِهِ أُضْحِيَّةٌ مَعَ جَهْلِهِمْ بِمَا يَتَرَتَّبُ عَلَى
ذَلِكَ مِنَ الْأَحْكَامِ تَصِيْرُ بِهِ أُضْحِيَّةً وَاجِبَةً يَمْتَنِعُ
عَلَيْهِ أَكْلُهُ مِنْهَا ، وَلَا يُقْبَلُ قَوْلُهُ أَرَدْتُ أَنْ أَتَطَوَّعَ
بِهَا خِلَافًا لِبَعْضِهِمْ
Jika demikian apa yang terjadi, maka
apa yang terjadi dengan ucapan kebanyakan orang awam ketika membeli hewan qurban
di awal-awal tahun yang dikehendaki mereka adalah berqurban dengan hewan
tersebut. Dan setiap orang yang menanyakan mereka tentang hewan itu, maka
mereka menjawabnya ; “ itu adalah hewan untuk qurban “ , mereka tidak tahu
konsekwensi hukum akibat ucapan tersebut,
maka dengan ucapan yang demikian jadilah qurban wajib, dia dilarang memakan
sebagian dari dagingnya. Tidak bisa diterima ucapannya dia “ Aku berniat qurban
sunnah dengannya “, berbeda bagi sebagian ulama.
قَالَ
الْقَفَّالُ : وَمَتَى جَوَّزْنَا التَّضْحِيَةَ عَنْ الْمَيِّتِ لَا يَجُوْزُ
الْأَكْلُ مِنْهَا لِأَحَدٍ بَلْ يَتَصَدَّقُ بِجَمِيْعِهَا لِأَنَّ
الْأُضْحِيَّةَ وَقَعَتْ عَنْهُ فَتَوَقَّفَ جَوَازُ الْأَكْلِ عَلَى إِذْنِهِ
وَقَدْ تَعَذَّرَ فَوَجَبَ التَّصَدُّقُ بِهَا عَنْهُ .
Imam Qaffal berkata: Ketika kita
memperbolehkan qurban atas nama mayit, maka seorangpun tidak boleh memakannya,
dia harus mensedekahkan semuanya, karena
qurban jatuh untuk mayit tersebut, maka bolehnya makan tergantung atas izinnya,
dan izin darinya sudah tidak bisa, maka wajib mensedekahkan qurban tersebut
atas nama mayit
5. Kitab
Al Majmu’ 8/ 406-407, 419-420
فَرْعٌ
لَوْ ضَحَّى عَنْ غَيْرِهِ بِغَيْرِ إِذْنِهِ لَمْ يَقَعْ عَنْهُ وَأَمَّا التَّضْحِيَةُ
عَنِ الْمَيِّتِ فَقَدْ أَطْلَقَ أَبُو الْحَسَنِ الْعَبَّادِيُّ جَوَازَهَا، لِأَنَّهَا
ضَرْبٌ مِنَ الصَّدَقَةِ، وَالصَّدَقَةُ تَصِحُّ عَنِ الْمَيِّتِ وَتَنْفَعُهُ وَتَصِلُ
إِلَيْهِ بِالْإِجْمَاعِ وَقَالَ صَاحِبُ «الْعُدَّةِ» وَالْبَغَوِيُّ لَا تَصِحُّ
التَّضْحِيَةُ عَنِ الْمَيِّتِ إِلَّا أَنْ يُوْصِيَ بِهَا، وَبِهِ قَطَعَ الرَّافِعِيُّ
فِي «الْمُجَرَّدِ» وَاللهُ تَعَالَى أَعْلَمُ
Cabang
Jika seseorang berqurban untuk orang lain tanpa seizin dari orang tersebut maka qurban tidak jatuh untuknya. Adapun berqurban untuk orang yang sudah meninggal, Abul Hasan Al Abbadi memperbolehkannya secara mutlak, karena qurban adalah satu macam dari shadaqah, sementara shadaqah sah atas nama mayit, bermanfaat dan sampai kepadanya dengan kesepakatan ulama.
Pengarang kitab Al Uddah dan Imam Baghawi berkata: Qurban tidak sah atas nama mayit, kecuali sebelum meninggal sudah berwasiat dengan qurban tersebut. Dengan pendapat ini Imam Rafi’i memutuskan didalam kitab Al Mujarrad.
Wallaahu Ta’ala A’lam
Jika seseorang berqurban untuk orang lain tanpa seizin dari orang tersebut maka qurban tidak jatuh untuknya. Adapun berqurban untuk orang yang sudah meninggal, Abul Hasan Al Abbadi memperbolehkannya secara mutlak, karena qurban adalah satu macam dari shadaqah, sementara shadaqah sah atas nama mayit, bermanfaat dan sampai kepadanya dengan kesepakatan ulama.
Pengarang kitab Al Uddah dan Imam Baghawi berkata: Qurban tidak sah atas nama mayit, kecuali sebelum meninggal sudah berwasiat dengan qurban tersebut. Dengan pendapat ini Imam Rafi’i memutuskan didalam kitab Al Mujarrad.
Wallaahu Ta’ala A’lam
وَاتَّفَقَتْ نُصُوْصُ الشَّافِعِيِّ وَالْأَصْحَابِ عَلَى اَنَّهُ لَا يَجُوْزُ بَيْعُ شَيْئٍ مِنَ الْهَـدْيِ وَالْأُضْحِيَةِ نَذْرًا كَانَ أَوْ تَطَوُّعًا سَوَاءٌ فِيْ ذَلِكَ اَللَّحْمُ وَالشَّحْمُ وَالْجِلْدُ وَالْقَرْنُ وَالصُّوْفُ وَغَيْرُهُ وَلَا يَجُوْزُ جَعْلُ الْجِلْدِ وَغَيْرِهِ أُجْرَةً لِلْجَزَّارِ بَلْ يَتَصَدَّقُ بِهِ الْمُضَحِّيْ وَالْمُهْدِيِّ أَوْ يُتَّخَذُ مِنْهُ مَا يُنْتَفَعُ بِعَيْنِهِ كَسِقَاءٍ أَوْ دَلْوٍ أَوْ خُفٍّ وَغَيْرِ ذَلِكَ
Nash-nash Imam
Syafi’i dan Ashab sepakat tidak boleh menjual
sedikitpun dari hewan hadyu dan qurban, baik nadzar ataupun sunat,
baik daging, lemak, kulit, tanduk, bulu
maupun yang lainnya.
Tidak boleh menjadikan kulit maupun yang lainnya sebagai upah untuk orang yang menyembelih / tukang jagal, orang yang berqurban atau yang membayar hadyu harus mensedekahkan kulit tsb atau dibuat barang yang bisa dimanfaatkan dengan rupa kulit tersebut, seperti wadah air, timba, khuf dan sebagainya
Tidak boleh menjadikan kulit maupun yang lainnya sebagai upah untuk orang yang menyembelih / tukang jagal, orang yang berqurban atau yang membayar hadyu harus mensedekahkan kulit tsb atau dibuat barang yang bisa dimanfaatkan dengan rupa kulit tersebut, seperti wadah air, timba, khuf dan sebagainya
ذَكَرْنَا أَنَّ مَذْهَبَنَا أَنَّهُ لَا
يَجُوْزُ بَيْعُ جِلْدِ الْأُضْحِيَّةِ وَلَاغَيْرِهِ مِنْ أَجْزَائِهَا لَا بِمَا
يَنْتَفِعُ بِهِ فِي الْبَيْتِ وَلَا بِغَيْرِهِ وَبِهِ قَالَ عَطَاءٌ وَالنَّخَعِيُّ
وَمَالِكٌ وَأَحْمَدُ وَاِسْحَاقُ هَكَذَا حَكَاهُ عَنْهُمْ اِبْنُ الْمُنْذِرِ
Kami telah menuturkan bahwa menurut
madzhab kami tidak boleh menjual kulit qurban dan anggota badan lainnya, baik
dengan apa-apa yang bermanfaat didalam rumah atau tidak. Dengan pendapat ini
berkata Atha` , Malik, Ahmad dan Ishaq. Demikian sebagaimana diceritakan Ibnul
Mundzir dari mereka.
6. Hasyiyah Bajuri 1/387
أَيْ وَكَذَبْحِ أُضْحِيَةٍ وَعَقِيْقَةٍ وَتَفْرِقَةِ كَفَّارَةٍ وَمَنْذُوْرٍ وَلَا يَجُوْزُ لَهُ أَخْذُ شَيْئٍ اِلَّا إِنْ عَيَّنَ لَهُ الْمُوَكِّلُ قَدْرًا مِنْهَا
Maksudnya seperti menyembelih qurban, aqiqah, membagikan kaffarat atau yang dinadzari. Wakil tidak boleh mengambil sedikitpun keculai pihak muwakkil sudah menentukan sekadar dari padanya untuk pihak wakil.
7. Itsmidu‘Ainain
halaman 77
لَوْ نَوَى الْعَقِيْقَةَ وَالضَّحِيَّةَ لَمْ تَحْصُلْ غَيْرُ وَاحِدٍ عِنْدَ حج وَيَحْصُلُ الْكُلُّ عِنْدَ مر
Apabila seseorang meniati aqiqah dan qurban, maka tidak hasil kecuali satu (niat) menurut Imam Ibnu Hajar dan bisa hasil keseluruhannya menurut Imam Muhammad Ramli.
8. Bughyatul Mustarsyidiin halaman 547-548
فَائِدَةٌ : عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا : أَنَّهُ يَكْفِيْ فِي الْأُضْحِيَّةِ إِرَاقَةُ الدَّمِ وَلَوْ مِنْ دَجَاجَةٍ وَإِوَزٍّ كَمَا قَالَهُ الْمَيْدَانِيُّ ، وَكَانَ شَيْخُنَا يَأْمُرُ الْفَقِيْرَ بِتَقْلِيْدِهِ اهـ بَاجُوْرِيّ
(Faidah)
Dari Ibn Abbas radhiyallaahu ‘anhumaa, bahwasanya dalam berqurban cukup dengan mengalirkan darah meskipun dari ayam jago atau angsa sebagaimana dikatakan oleh Al-Maidani. Syaichuna menganjurkan orang-orang fakir untuk mengikuti madzhab tersebut. Bajuri
Dari Ibn Abbas radhiyallaahu ‘anhumaa, bahwasanya dalam berqurban cukup dengan mengalirkan darah meskipun dari ayam jago atau angsa sebagaimana dikatakan oleh Al-Maidani. Syaichuna menganjurkan orang-orang fakir untuk mengikuti madzhab tersebut. Bajuri
(مَسْأَلَةُ ب) : ظَاهِرُ كَلَامِهِمْ أَنَّ مَنْ
قَالَ : هَذِهِ أُضْحِيَّةٌ أَوْ هِيَ أُضْحِيَّةٌ أَوْ هَدْيٌ تَعَيَّنَتْ وَزَالَ
مِلْكُهُ عَنْهَا ، وَلَا يُتَصَرَّفُ إِلَّا بِذَبْحِهَا فِي الْوَقْتِ وَتَفْرِقَتِهَا
، وَلَا عِبْرَةَ بِنِيَّتِهِ خَلَافَ ذَلِكَ لِأَنَّهُ صَرِيْحٌ ، قَالَ الْأَذْرَعِيُّ
: كَلَامُهُمْ ظَاهِرٌ فِيْ أَنَّهُ إِنْشَاءٌ وَهُوَ بِالْإِقْرَارِ أَشْبَهُ ، وَاسْتَحْسَنَهُ
فِي الْقَلَائِدِ قَالَ : وَمِنْهُ يُؤْخَذُ أَنَّهُ إِنْ أَرَادَ أَنِّيْ أُرِيْدُ
التَّضْحِيَةَ بِهَا تَطَوُّعًا كَمَا هُوَ عُرْفُ النَّاسِ الْمُطَّرِدُ فِيْمَا
يَأْخُذُوْنَهُ لِذَلِكَ حُمِّلَ عَلَى مَا أَرَادَ ، وَقَدْ أَفْتَى الْبُلْقِيْنِيُّ
وَالْمَرَاغِيُّ بِأَنَّهَا لَا تَصِيْرُ مَنْذُوْرَةً بِقَوْلِهِ : هَذِهِ أُضْحِيَّتِيْ
بِإِضَافَتِهَا إِلَيْهِ ، وَمِثْلُهُ : هَذِهِ عَقِيْقَةُ فُلَانٍ ، وَاسْتَشْكَلَ
ذَلِكَ فِي التُّحْفَةِ ثَمَّ رَدَّهُ ، وَالْقَلْبُ إِلَى مَا قَالَهُ الْأَذْرَعِيُّ
أَمْيَلُ.
Zahirnya pendapat ulama,
bahwasanya orang yang berucap: Hewan ini adalah qurban atau hadyu, maka
hilanglah kepemiliknya atas hewan tersebut , hewan tersebut tidak boleh
ditasarrufkan kecuali dengan menyembelihnya saat itu dan membagikannya, tidak diperhitungkan niat yang berbeda karena ucapan tersebut
adalah sharih.
Imam Adzra’i berkata: Ucapan mereka zahirnya bahwa hal itu adalah insya`, dan itu lebih menyerupai dengan iqrar, Pengarang kitab Al Qalaa`id menganggap bagus hal tersebut.
Imam Adzra’i berkata: Dari hal tersebut diambil pengertian, bahwasanya jika dia menghendaki: Aku menghendaki qurban sunnah dengan hewan itu, sebagaimana kebiasaan orang-orang yang berlaku didalam perkara yang mereka ambil, maka ucapan diatas diperhitungkan sesuai apa yang dia kehendaki. Imam Bulqini dan Imam Maraghi memfatwakan bahwa tidak menjadi qurban nadzar dengan ucapan: Ini adalah qurbanku, dengan menyandarkan qurban itu kepadanya. Semisal dengan hal tersebut ucapan: Ini adalah aqiqah si fulan.
Imam Adzra’i berkata: Ucapan mereka zahirnya bahwa hal itu adalah insya`, dan itu lebih menyerupai dengan iqrar, Pengarang kitab Al Qalaa`id menganggap bagus hal tersebut.
Imam Adzra’i berkata: Dari hal tersebut diambil pengertian, bahwasanya jika dia menghendaki: Aku menghendaki qurban sunnah dengan hewan itu, sebagaimana kebiasaan orang-orang yang berlaku didalam perkara yang mereka ambil, maka ucapan diatas diperhitungkan sesuai apa yang dia kehendaki. Imam Bulqini dan Imam Maraghi memfatwakan bahwa tidak menjadi qurban nadzar dengan ucapan: Ini adalah qurbanku, dengan menyandarkan qurban itu kepadanya. Semisal dengan hal tersebut ucapan: Ini adalah aqiqah si fulan.
Imam Ibn Hajar dalam kitab Tuhfah
menganggap isykal dengan apa yang
dikatakan Imam Adzra’i tersebut diatas, dan beliau menolakknya.
Hati ini lebih condong dengan apa yang dikatakan oleh Imam Adzra’i
Hati ini lebih condong dengan apa yang dikatakan oleh Imam Adzra’i
9. Mushonnaf Ibn Abi Syaibah 8/56
مَنْ قَالَ إِذَا ضُحِّيَ عَنْه
أَجْزَأَتُهُ مِنَ الْعَقِيْقَةِ.
Orang yang berpendapat
jika sudah berqurban maka qurban tersebut mencukupinya untuk aqiqah dia
حَدَّثَنَا وَكِيْعٌ ، عَنْ سُفْيَانَ
، عَنْ هِشَامٍ ، عَنِ الْحَسَنِ ، وَابْنِ سِيْرِيْنَ ، قَالَا : تُجْزِئُ عَنْهُ
مِنَ الْعَقِيْقَةِ الأُضْحِيَّةُ.
Telah
menceritakan kepada kami Waki’, dari Sufyan, dari Hisyam, dari Al Hasan dan Ibn
Sirin, kedua beliau berkata: Qurban mencukupinya
untuk aqiqah dia
حَدَّثَنَا
عُثْمَانُ بْنُ مَطَرٍ ، عَنْ سَعِيْدٍ ، عَنْ قَتَادَةَ ، قَالَ : لاَ تُجْزِئُ
عَنْهُ حَتَّى يُعَقَّ عَنْهُ.
Telah menceritakan
kepada kami Utsman bin Mathar, dari Sa’id, dari Qatadah, beliau berkata: Qurban
tidak mencukupinya sehingga dia diaqiqahi
10. Al-Iqna’
2/591-592
( وَيُسْتَحَبُّ عِنْدَ الذَّبْحِ ) مُطْلَقًا ( خَمْسَةُ ) بَلْ
تِسْعَةُ ( أَشْيَاءَ ) اَلْأَوَّلُ ( التَّسْمِيَةُ ) بِأَنْ يَقُوْلَ : بِسْمِ
اللهِ وَلَا يَجُوْزُ أَنْ يَقُوْلَ بِسْمِ اللهِ وَاسْمِ مُحَمَّدٍ ( وَ )
الثَّانِيْ ( اَلصَّلَاةُ ) وَالسَّلَامُ ( عَلَى ) سَيِّدِنَا ( رَسُوْلِ اللهِ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ) تَبَرُّكًا بِهِمَا .
( وَ ) الثَّالِثُ ( اِسْتِقْبَالُ
الْقِبْلَةِ بِالذَّبِيْحَةِ ) أَيْ بِمَذْبَحِهَا فَقَطْ عَلَى الْأَصَحِّ دُوْنَ
وَجْهِهَا لِيُمْكِنَهُ الْاِسْتِقْبَالُ أَيْضًا .
( وَ ) الرَّابِعُ (
التَّكْبِيْرُ ثَلَاثًا ) بَعْدَ التَّسْمِيَةِ كَمَا قَالَهُ الْمَاوَرْدِيُّ .
( وَ ) الْخَامِسُ ( الدُّعَاءُ بِالْقَبُوْلِ ) بِأَنْ يَقُوْلَ
اللَّهُمَّ هَذَا مِنْكَ وَإِلَيْكَ فَتَقَبَّلْ مِنِّيْ
Disunnahkan ketika menyembelih
melakukan lima perkara:
1. Membaca Basmalah
1. Membaca Basmalah
2. Membaca shalawat atas Rasulullah
shallallaahu ‘alaihi wasallam
3. Menghadap qiblat
4. Membaca takbir tiga kali,
diucapkan setelah basmalah
5. Berdoa agar diqabul:
ALLAAHUMMA HAADZAA MINKA WA ILAIKA FATAQABBAL MINNII
ALLAAHUMMA HAADZAA MINKA WA ILAIKA FATAQABBAL MINNII
(ya Allah, ini dari_Mu, kepada_Mu, maka
terimalah dariku)
11. Qolyubi 16/131-132
تُسَنُّ
التَّسْمِيَةُ ثُمَّ الصَّلَاةُ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
ثُمَّ التَّكْبِيرُ ، وَيُسَنُّ التَّثْلِيْثُ فِي ْذَلِكَ ثُمَّ يَسْتَقْبِلُ
الْقِبْلَةَ بِنَفْسِهِ وَيُوَجِّهُ لَهَا أَيْضًا مَذْبَحَ ذَبِيْحَتِهِ ثُمَّ
الدُّعَاءُ بِقَوْلِهِ اللَّهُمَّ هَذَا مِنْكَ وَإِلَيْكَ فَتَقَبَّلْ مِنِّيْ .
Kemudian membaca basmalah, kemudian
membaca shalawat atas Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam, kemudian membaca
takbir tiga kali kemudian menghadap qiblat, dia dan juga tempat
penyembelihannya, kemudian berdoa:
اللَّهُمَّ هَذَا مِنْكَ وَإِلَيْكَ فَتَقَبَّلْ مِنِّيْ
اللَّهُمَّ هَذَا مِنْكَ وَإِلَيْكَ فَتَقَبَّلْ مِنِّيْ
وَقَالَ الرَّافِعِيُّ : فَيَنْبَغِيْ أَنْ يَقَعَ لَهُ وَإِنْ لَمْ يُوْصِ لِأَنَّهَا ضَرْبٌ مِنَ الصَّدَقَةِ وَحُكِيَ عَنْ أَبِي الْعَبَّاسِ السَّرَّاجِ شَيْخِ الْبُخَارِيِّ أَنَّهُ خَتَمَ عَنْ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَكْثَرَ مِنْ عَشَرَةِ آلَافِ خَتْمَةٍ وَضَحَّى عَنْهُ مِثْلَ ذَلِكَ
Imam
Rafi’i berkata: Seyogyanya berqurban jatuh untuk mayit walaupun dia tidak
berwasiat, karena ibadah qurban adalah salah satu jenis shadaqah. Diceritakan
dari Imam Abul Abbas Assarraj guru Imam Bukhari bahwasanya beliau mengkhatamkan
Al Quran lebih dari sepuluh ribu khataman atas nama Rasulullah shallallaahu
‘alaihi wasallam, beliau juga berqurban Rasulullah seperti hitungan tersebut.
12.
Sunan Abu Dawud 3/50&52
حَدَّثَنَا عُثْمَانُ بْنُ
أَبِى شَيْبَةَ حَدَّثَنَا شَرِيْكٌ عَنْ أَبِى الْحَسْنَاءِ عَنِ الْحَكَمِ عَنْ
حَنَشٍ قَالَ رَأَيْتُ عَلِيًّا يُضَحِّيْ بِكَبْشَيْنِ فَقُلْتُ مَا هَذَا
فَقَالَ إِنَّ رَسُوْلَ اللهِ -صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- أَوْصَانِىْ أَنْ
أُضَحِّيَ عَنْهُ فَأَنَا أُضَحِّيْ عَنْهُ.
Telah menceritakan kepada kami
Utsman bin Abu Syaibah, tlah menceritakan kepada kami Syarik, dari Abul Hasna`,
dari Al Hakam, dari Hanasy beliau berkata: Aku melihat Ali berqurban dengan dua
ekor domba maka aku bertanya kepadanya: Apakah ini? Maka beliau menjawab:
Sesungguhnya Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam berpesan kedapadaku agar
aku berqurban atas nama beliau, nah aku ini berqurban atas nama beliau
حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيْمُ بْنُ مُوْسَى الرَّازِيُّ حَدَّثَنَا عِيْسَى
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ إِسْحَاقَ عَنْ يَزِيْدَ بْنِ أَبِيْ حَبِيْبٍ عَنْ
أَبِيْ عَيَّاشٍ عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللهِ قَالَ ذَبَحَ النَّبِيُّ -صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- يَوْمَ الذَّبْحِ كَبْشَيْنِ أَقْرَنَيْنِ أَمْلَحَيْنِ
مُوْجَأَيْنِ فَلَمَّا وَجَّهَهُمَا قَالَ « إِنِّيْ وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِيْ
فَطَرَ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضَ عَلَى مِلَّةِ إِبْرَاهِيْمَ حَنِيْفًا وَمَا
أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِيْنَ إِنَّ صَلاَتِيْ وَنُسُكِيْ وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِيْ
لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا مِنَ
الْمُسْلِمِيْنَ اللَّهُمَّ مِنْكَ وَلَكَ عَنْ مُحَمَّدٍ وَأُمَّتِهِ بِاسْمِ
اللهِ وَاللهُ أَكْبَرُ ». ثُمَّ ذَبَحَ.
Telah menceritakan kepada kami
Ibrahim bin Musa Ar Razi, telah menceritakan kepada kami Isa, telah
menceritakan kepada kami Muhammad bin Ishaq, dari Yazid bin Abu Habib, dari Abu
‘Ayyasy dari Jabir bin Abdullah, ia berkata; Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam
pada hari penyembelihan menyembelih dua
domba yang bertanduk dan berwarna abu-abu yang terkebiri. Kemudian tatkala
beliau telah menghadapkan keduanya beliau mengucapkan:
إِنِّيْ وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِيْ فَطَرَ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضَ
عَلَى مِلَّةِ إِبْرَاهِيْمَ حَنِيْفًا وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِيْنَ إِنَّ
صَلاَتِيْ وَنُسُكِيْ وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِيْ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ لَا
شَرِيْكَ لَهُ وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ اللَّهُمَّ
مِنْكَ وَلَكَ عَنْ مُحَمَّدٍ وَأُمَّتِهِ بِاسْمِ اللهِ وَاللهُ أَكْبَرُ
(Sesungguhnya aku telah menghadapkan
wajahku kepada Dzat Yang telah menciptakan langit dan bumi di atas agama
Ibrahim dengan lurus, dan aku bukan termsuk orang-orang yang berbuat syirik.
Sesungguhnya sholatku, dan sembelihanku serta hidup dan matiku adalah untuk
Allah Tuhan semesta alam, tidak ada sekutu bagiNya, dengan itu aku diperintahkan,
dan aku termasuk orang-orang yang berserah diri. Ya Allah, ini berasal dariMu
dan untukMu, dari Muhammad dan ummatnya. Dengan Nama Allah, dan Allah Maha
Besar). Kemudian beliau menyembelih
وَاللهُ أَعْلَمُ بِالصَّوَابِ
Pekalongan, 14
Dzul Qa’dah 1434 H / 20 September 2013 M
Disajikan oleh:
LBM MWC NU Wiradesa Pekalongan Jawa Tengah
LBM MWC NU Wiradesa Pekalongan Jawa Tengah